Menentukan apakah suatu investasi layak diambil adalah salah satu masalah keuangan yang dihadapi oleh orang perorangan atau badan usaha.
Ada banyak cara untuk sampai pada keputusan untuk memilih suatu investasi. IRR adalah salah satunya.
Fungsi IRR pada Excel adalah suatu cara yang lebih mudah untuk menggunakan IRR, alih-alih menghitung secara manual.
Teman-teman dapat mengikuti setiap gambar di artikel ini lewat file Excel berikut.
File: fungsi-irr-excel.xlsx.
Apa Itu Internal Rate of Return?
IRR atau Internal Rate of Return adalah sistem pengukuran untuk menentukan apakah suatu investasi menguntungkan atau tidak.
IRR menggunakan rumus yang sama dengan NPV.
IRR adalah discount rate yang membuat NPV impas atau bernilai nol.
Baca: Fungsi NPV Excel.
Secara teori, semakin tinggi nilai IRR, makin baik penilaian terhadap suatu investasi. Demikian juga sebaliknya.
Sintaks
- P adalah cash flow yang terjadi di akhir setiap periode.
- C adalah modal awal.
- IRR adalah tingkat bunga kembalian.
- i adalah jumlah periode berlangsungnya investasi.
Perhatikan sintaks rumus NPV dan bandingkan dengan sintaks IRR di atas. Lihat bahwa keduanya sama persis.
Dalam konteks internal rate of return, r (rate) adalah IRR.
Saat menggunakan rumus IRR manual ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
- NPV harus impas atau bernilai nol. Nilai rate saat NPV bernilai nol adalah nilai IRR.
- C adalah modal awal dan harus bernilai negatif sebagai cerminan aliran kas keluar.
- Arus-arus kas berikutnya, yang dicerminkan oleh P, boleh bernilai positif atau negatif.
Apakah Fungsi IRR pada Excel Itu?
Fungsi IRR pada Excel adalah fungsi yang melakukan otomatisasi rumus IRR di Excel.
Sintaks IRR(values; [guess])
- values adalah array atau referensi dari satu atau lebih arus kas dari setiap periode.
- guess adalah adalah perkiraan besar IRR. Parameter ini adalah opsional dan digunakan untuk membantu Excel mencari IRR terdekat dari perkiraan yang kita berikan. Bila tidak dinyatakan, Excel menggunakan nilai default 10% untuk guess.
Yang Perlu Diperhatikan Saat Menggunakan Fungsi IRR
Aturan yang berlaku untuk rumus IRR manual juga berlaku untuk IRR Excel.
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah:
- values harus terdiri dari nilai angka.
- values harus terdiri dari minimal satu nilai angka negatif (arus kas keluar) dan satu nilai angka positif (arus kas masuk).
- Nilai-nilai pada values harus sesuai dengan urutan waktunya, tidak boleh acak-acakan.
- Rentang waktu antara satu arus kas dengan arus kas lainnya harus sama.
- Semua arus kas terjadi di akhir setiap periode.
- Arus kas, baik keluar atau masuk, terjadi di akhir setiap periode.
- Excel menggunakan sistem perhitungan iteratif (berulang) untuk mendapatkan hasil IRR. Secara default, Excel melakukan 20 perulangan. Bila 20 perulangan tercapai dan hasil belum didapatkan, Excel akan menampilkan pesan error #NUM!.
Cara Menggunakan Rumus IRR di Excel
PT ABCD memiliki suatu investasi.
Investasi menggunakan modal awal Rp 400,000,000. Pada akhir dari setiap periode triwulanan, terjadi aliran kas masuk masing-masing sebesar Rp 100,000,000, Rp 120,000,000, Rp 140,000,000, dan Rp 150,000,000.
Periode | Nilai |
---|---|
0 | -400,000,000 |
1 | 100,000,000 |
2 | 120,000,000 |
3 | 140,000,000 |
4 | 150,000,000 |
Cara menghitung IRR di Excel adalah dengan menempatkan nilai-nilai arus kas dari setiap periode ke dalam rumus array.
Pada rumus di bawah, kami menggunakan array constant untuk menghitung IRR.
=IRR({-400000000; 100000000; 120000000; 140000000; 150000000})
Sebagai alternatif, kita bisa menempatkan nilai-nilainya terlebih dahulu di sheet dan menjadikannya sebagai array range untuk referensi bagi fungsi IRR.
=IRR(B2:B6)

IRR dan NPV
Kami beberapa kali menyebut NPV di awal artikel ini.
NPV memang berkaitan erat dengan IRR. Tidak mungkin membahas IRR tanpa menyebut NPV.
Rumus yang digunakan pun sama.
Bedanya, NPV mencari besaran nilai uang dari suatu investasi berdasarkan rate tertentu. Pada kelanjutannya, investasi akan menghasilkan tingkat pengembalian, yaitu IRR.
Pada demo bagaimana menggunakan rumus IRR Excel di atas, kita mendapatkan nilai IRR 10%.
Dengan menempatkan nilai tersebut ke rumus PV dan menjumlahkan modal dan nilai PV dari setiap periode, kita mendapatkan NPV dengan nilai 0.

Bila kita perhatikan lagi rumus IRR manual, kita tau bahwa besaran IRR berbanding terbalik dengan nilai NPV.
Pertanyaannya, mana yang perlu kita lihat saat menghitung profitabilitas suatu investasi? IRR lebih besar atau NPV lebih besar?
Kami sarankan konsultasi kepada pakarnya saat berhadapan dengan masalah seperti ini.
Biasanya, sih, NPV lebih jadi prioritas karena nilai uangnya kelihatan.
Trial dan Error di Fungsi IRR pada Excel
Perhatikan kembali rumus IRR manual. Perhatikan bahwa tidak ada cara lain untuk mendapatkan nilai IRR selain lewat trial and error.
Sebab? Karena kita harus kira-kira berapa nilai IRR untuk mendapatkan NPV nol. Bisa jadi butuh banyak percobaan sampai memperoleh hasil tepat atau paling tidak mendekati sampai 0.00001%.

Pada gambar di atas, kami menebak bahwa besaran IRR adalah 9%.
Ketika kita memasukkan 9% ke rumus PV dan menjumlahkannya untuk mendapatkan NPV, hasilnya adalah Rp 10,108,750.
Ingat bahwa IRR adalah discount rate agar NPV impas atau bernilai nol.
9% adalah jelas bukan rate yang tidak kita harapkan.
Pertanyaannya adalah berapa kali kita perlu mengganti besaran rate sampai nilai NPV mencapai nol?
Excel membutuhkan 20 kali. Bila setelah 20 kali tetap tidak nol, pesan error #NUM! tampil.
Ada dua cara untuk menghindari #NUM!, yaitu:
- Ubah besaran iterasi ke nilai yang lebih besar.
Resikonya, semakin panjang iterasi, semakin lama perhitungan, dan Excel beresiko hang.
- Masukkan nilai perkiraan untuk parameter guess.
=IRR(B2:B; 10%)
Dengan menyediakan nilai bagi guess, kita mempermudah pekerjaan Excel dengan memberi petunjuk berapa kira-kira besar rate.
Rumus IRR Excel untuk Tiap Periode
Salah satu kegunaan IRR adalah untuk mengetahui kapan suatu investasi mulai memberikan hasil positif.
Untuk melakukan hal ini, kita gunakan fungsi IRR di setiap periode cash flow, alih-alih keseluruhan.

Teman-teman mungkin bertanya apa tujuan referensi absolut di rumus IRR pada gambar di atas.
Pada rumus IRR, arus kas dari suatu periode diinvestasikan pada periode berikutnya.
Karena itu, walau pun hitungan IRR hanya untuk periode tertentu, kita menyertakan arus kas dari periode-periode sebelumnya sampai pada periode di mana IRR dihitung.
Referensi absolut digunakan untuk mengunci nilai dari arus kas pertama.
Pada gambar, investasi pada periode pertama memiliki nilai negatif cukup besar. Nilai tersebut mengecil pada periode-periode berikutnya dan positif setelah periode keempat (karena arus kas terjadi di akhir setiap periode).
Membandingkan IRR untuk Tiap Investasi
Selain membandingkan nilai IRR untuk tiap periode, IRR bisa digunakan untuk membandingkan projek-projek atau investasi-investasi yang ingin diambil.
Tujuannya adalah sudah pasti untuk mengambil projek atau investasi dengan potensi terbaik.

Berdasarkan gambar di atas, kita memiliki empat pilihan projek dengan IRR masing-masing.
Kita tidak bisa begitu saja memilih suatu projek hanya berdasarkan besaran IRR. Ada faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan. NPV adalah salah satunya.
Walau pun gitu, sudah pasti Projek 3 kita lewatkan karena nilai IRR di bawah nol. Bagaimana dengan yang lain?
Pertama, kita perlu punya target berapa rate yang diinginkan. Katakanlah 7%.
Dengan rate 7%, Projek 1 tidak masuk hitungan. Lagi pula, dengan modal awal dan aliran kas yang mirip dengan Projek 2, memilih Projek 2 lebih masuk akal.
Projek 3 memiliki IRR 24%, terbesar di antara semua projek.
Tapi, bila kita bandingkan Projek 2 dan Projek 4, Projek 2 memiliki arus kas lebih besar tiap periodenya, walau pun dengan IRR lebih kecil.
Dengan pertimbangan ini dan pertimbangan lain bahwa kita punya modal cukup untuk projek mana pun, Projek 2 terlihat lebih baik dari Projek 4.